Bencana banjir besar melanda Pulau Kalimantan, tepatnya di Provinsi Kalimantan Selatan. Banyak sekali wilayah di sana yang terdampak banjir. Dari foto-foto yang berderas air merendam separuh rumah, bahkan ada yang hampir menenggelamkan seluruh bagian rumah.
Bencana ini membuat orang-orang dalam kesusahan. Rumah tidak bisa ditinggali, makanan entah kemana, pakaian tidak terselamatkan dan menyisakan apa yang di badan. Selain itu, semua komunikasi terputus.
Terkait dengan musibah dan bencana banjir saya teringat dengan masa kecil. Waktu kecil desa saya dan beberapa desa di sekitarnya tergenang banjir dari Bengawan Solo. Ya, ini karena desa saya ada di pinggir sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut.
Baca juga: Arti Man Saro Alad Darbi Washola bagi Yang Hobi Traveling
Di musim penghujan air Bengawan Solo akan meluap. Agar tidak berdampak pada rumah serta tanaman masyarakat membangun tanggul penahan air. Tinggi tanggul penahan air bisa saparuh tinggi rumah. Bahkan di beberapa desa tinggi tanggul bisa meleibihi tinggi rumah.
Artinya jika tanggul tidak mampu menahan air dan jebol maka air akan menggenangi rumah bahkan menenggelamkannya.
Melihat banjir yang ada waktu itu saya merasa senang. Dan kayaknya itu juga yang dirasakan oleh anak-anak kecil yang lain. Mereka tetap saja ceria. Ini karena mereka memang belum mengerti masalah yang sesungguhnya.
Orang-orang tua tentu sedih. Rumah tenggelam dan mungkin akan rusak, persediaan beras juga ikut tenggelam. Padi yang akan dipanen juga tenggelam dan rusak.
Kalau difikir dengan rasa pesimistik memang akan begitu. Maka perlu juga sekali-sekali kita berfikir seperti anak kecil, berfikir seperti si Bolang.