Kalau kita mengamati media-media online besar di Indonesia maka kita akn mendapati banyak konten yang terkait dengan Islam, apalagi ini di Bulan Ramadhan. Ini karena “permintaan” meningkat. Kata kunci seperti “doa sholat dhuha“, “doa qunut shubuh” meningkat pencariannya.
Pada awal perkembangan media massa online mereka hanya berkonsentrasi menyajikan berita. Media yang menyajikan kecepatan berita seperti detik.com mendapatkan kunjungan yang luar biasa banyaknya. Ya, ini karena detik mempunyai filosofi berita tidak lagi bulanan, atau mingguan, atau harian, tapi sudah per detik.
Ini tentu mendobrak cara filosofi media cetak. Ya, mana mungkin media cetak bisa menyajikan per detik. Ini karena mereka harus mencetak berita dan baru mendistribusikannya.
Yang bisa menyajikan berita secara cepat sebenarnya adalah televisi dan radio. Mereka bahkan bisa menyajikan berita secara langsung atau live.
Seiring berkembangannya teknologi orang pun beralih dari televisi dan radio ke internet. Di sinilah media-media online menemukan momentum. Bahkan media-media cetak terus menurun oplahnya bahkan beberapa terancam tutup.
Tapi tentu media-media online ini tidak bisa sekedar mengandalkan pengunjung setia yang direct atau langsung menunjungi web. Mereka juga membutuhkan pengunjung yang datangnya dari mesin pencari. Ini karena penunjung dari pesin pencari cemderung stabil.
Mereka pun akhirnya memikirkan SEO dan masuk dalam pertarungan memenangkan kata kunci di mesin pencari. Maka tidak heran kalau media-media besar membuat posting dengan kata kunci doa qunut shubuh, doa sholat dhuha, doa mengunjugi orang sakit, nama-nama anak yang Islami, dll.
Ini tentu perkembangan yang positif. Di satu sisi ini menjadi sesuatu yang negati bagi para pengembang web yang konsen dengan tema-tema agama. Mereka yang materinya lebih “bergizi” untuk urusan agama harus bersaing dengan pemain besar.