Di Kota Malang, Jawa Timur sedang banyak bermunculan kampung-kampung tematik yang salah satu tujuannya adalah untuk menjadi tujuan atau destinasi pariwisata. Salah satu kampung tematik tersebut adalah Kampung Budaya Polowijen (KBP) yang berada di Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing. Sayang tempatnya susah dijangkau.
Berdasarkan Rencanan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur wilayah Malang Raya, yang terdiri dari Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu diperuntukkan untuk pengembangan pariwisata. Dan memang, ketika orang berbicara pariwisata Jawa Timur tentu akan tertuju ke Malang.
Peruntukan pariwisata pada RTRW kalau didetilkan lagi maka Kabupaten dan Kota Batu menjadi tempat pengembangan objek wisata. Sedangkan Kota Malang berposisi sebagai pendukung pariwisata. Pendukung di sini adalah pendukung bagi objek wisata yang ada di Kabupaten Malang dan yang ada di Kota Batu.
Baca juga: Destinasi Wisata Kabupaten, Kota Malang, dan Kota Batu
Kita bisa lihat di Kota Malang banyak sekali tempat penginapan, rumah makan dan tempat perbelanjaan. Dan kalau berbicara pariwisata dalam pengertian yang luas, yaitu tidak hanya tentang objek wisata, maka industri pariwisata Kota Malang bisa jadi lebih besar dari pada Kota Batu. Kota Batu dinilai besar pariwisata kalau yang dilihat hanya objek.
Hotel-hotel di Kota Malang lebih ramai dari pada hotel-hotel di Kota Batu. Hotel-hotel di “Kota Apel” hanya penuh pada akhir pekan atau weekend. Sedangkan pada weekday cenderung sepi. Ini beda dengan hotel-hotel di Kota Malang. Tempat penginapan di “Kota Pelajar” tersebut selalui ramai, baik itu weekday maupun weekend.
Ini baru hotel. Kita belum menghitung restoran, tempat hiburan dan tempat perbelanjaan.
Di tengah arahan RTRW dan kondisi yang ada di lapangan sebenarnya kurang tepat kalau Kota Malang mengembangkan kampung-kampung tematik dan menjadikannya sebagai objek wisata. Dia tidak perlu mengambil porsi Kabupaten Malang dan Kota Batu. Cukup perkuat saja posisi sebagai pendukung pariwisata.
Salah satu kampung tematik yang belum lama dikembangkan adalah Kampung Budaya Polowijen (KBP). KBP coba pengambil sisi sejarah tari topeng yang makam dari penemunya ada di kelurahan tersebut. Juga dari sejarah Kendedes yang lahir dan besar di situ.
Sayangnya KBP memiliki tempat yang sempit. Selain itu, KBP belum memiliki lahan parkir sendiri. Selama ini kalau ada tamu dalam jumlah banyak KBP menggunakan lahan kosong dari kapling perumahan yang belum dibangun oleh yang memiliki lahan tersebut.
Ini tentu menjadi problem yang harus diselesaikan. Jika tidak, maka ketika pemilik lahan membangun tanah miliknya KBP tidak memiliki lahan parkir.